Teringat waktu semasa kecil dulu yang masih diberi suap per suap, langkah per langkah membuat proses kehidupan berjalan dengan indah. Tak terkecuali dengan pergaulan. Semasa kecil, saya telah diberikan suatu metode untuk saling bergaul tanpa memandang kelas ataupun derajat dan itu datangnya dari kedua orang tua. Alangkah baiknya mereka telah mengajarkan sejak dini tentang metode tersebut.
Seiring berjalannya waktu demi waktu, saya pun beranjak menjadi anak kecil polos yang selalu ingin mencari tahu. Masa masa tersebut cukup gemilang untuk terbentuknya karakter, mulai dari belajar hingga bermain. Pergaulan itu pun sangat berkembang pesat. Perbedaan yang menjadi momok menakutkan ketika itu, mampu saya kalahkan. Saya terlahir memang sudah masuk dalam kawasan perumahan TNI dan secara otomatis pergaulan dan sikap didik terbawa oleh arus lingkungan. Ketika mulai beranjak SD (Sekolah Dasar), pergaulan disana pun kontras dengan pergaulan di kawasan TNI. Mereka berbeda dikarenakan faktor lingkungan yang kurang begitu kondusif. Tempat saya tinggal berdampingan dengan wilayah yang notabenenya adalah (maaf) "kampung". Pergaulan didalam kawasan ini memang begitu keras. Gengsi dan derajat serta jabatan menjadi prioritas utama untuk pamer sesaat. Namum, keluarga saya begitu berbeda, saya di didik memang tidak untuk membedakan satu dengan yang lainnya. Sempat terjadi ketika saya di tolak bermain dengan teman sebaya. Padahal kita dalam satu kawasan yang sama. Masalah yang terjadi karena mereka terlalu melihat perbandingan dan menganggap bahwa saya adalah penghianat karena bermain dengan mereka (orang luar). Walaupun begitu, langkah demi langkah saya bermain dengan keseimbangan tanpa membedakan antara luar dan dalam.
Waktu masih berputar dan terus berputar. Tiba lah saya memasuki masa masa remaja. SMP menjadi pendidikan ke-2 saya setelah SD. Ruang lingkup sangat berbeda sekali. Masa masa SMP ini adalah dimana seorang pelajar yang selalu ingin mencari tahu dan kemudian tanpa berfikir lansung akan mengetahuinya tanpa tau apa itu sebab dan akibatnya (labil). Teman silih berganti datang dan mereka pun punya karakter dan kehidupan sendiri. Namanya wawan (Nama Disamarkan). Wawan ini adalah gamers addicted. Kenapa bisa disebut demikian ? Karena dia selalu menghabiskan waktu hanya untuk bermain game. Sampai disuatu ketika, kita didapatkan satu kelompok. Saat proses pengerjaan, kita sempatkan untuk istirahat sejenak. Ya istirahat yang wajar tapi Iwan masih memegang komputernya dan lansung memainkan game. Mungkin awal melihat kurang menarik sampai sampai Iwan mengajarkan kepada Saya bagaimana proses permainan ini. Lama kemudian, timbulah interaksi dan faktor lingkungan yang membuat game ini terlihat seru. Mencoba game tersebut dan lansung tertarik. Awal awal masa SMP yang dihabiskan hanya untuk bermain game. Dari mulai pulang pagi, menginap di warnet sampai seharianpun masih tetap di posisi. Faktor lingkungan menjadi sorotan utama anak anak remaja. Remaja yang mudah diperngaruhi, mudah di bisikan sesuatu akhirnya dengan mudah terjerumus ke hal hal yang mungkin bisa membahayakan dirinya sendiri.
Kemudian tibalah saat masa masa terindah yaitu masa masa SMA. Masa SMA ini mungkin bsia dibilang masa masa yang begitu banyak kisah. Asam garam manis pasti ada semua. Karena di dalam ruang lingkup SMA sangat berbeda dengan SMP. Dewasa, memilah milih, bingung dan bimbang pastinya. Pergaulan pun mulai bergejolak. Mabuk, rokok, judi, balap liar dan lainnya jadi wawasan sesaat. Orang tua saya selalu berkata :
Hingga menjadi mahasiswa seperti ini. Saya tetap lah saya yang telah belajar dari kesalahan. Berkaca pada diri sendiri tidaklah salah jikalau kita merubah apa yang membuat kita terlihat jelek dimata yang lain. Pergaulan teman teman, komunitas menjadi titik balik untuk memilih mana yang terbaik untuk kita pribadi. Karena pergaulan adalah dampak utama untuk membentuk karakter seseorang. Entah baik atau buruk semua dilihat dari cara mereka bergaul dengan siapa dan mengenal dia lebih dalam lagi. Kita memang mesti pintar dalam berkompetisii tapi tak boleh memilih dalam hal bersosialisasi.
Terimakasih
Waktu masih berputar dan terus berputar. Tiba lah saya memasuki masa masa remaja. SMP menjadi pendidikan ke-2 saya setelah SD. Ruang lingkup sangat berbeda sekali. Masa masa SMP ini adalah dimana seorang pelajar yang selalu ingin mencari tahu dan kemudian tanpa berfikir lansung akan mengetahuinya tanpa tau apa itu sebab dan akibatnya (labil). Teman silih berganti datang dan mereka pun punya karakter dan kehidupan sendiri. Namanya wawan (Nama Disamarkan). Wawan ini adalah gamers addicted. Kenapa bisa disebut demikian ? Karena dia selalu menghabiskan waktu hanya untuk bermain game. Sampai disuatu ketika, kita didapatkan satu kelompok. Saat proses pengerjaan, kita sempatkan untuk istirahat sejenak. Ya istirahat yang wajar tapi Iwan masih memegang komputernya dan lansung memainkan game. Mungkin awal melihat kurang menarik sampai sampai Iwan mengajarkan kepada Saya bagaimana proses permainan ini. Lama kemudian, timbulah interaksi dan faktor lingkungan yang membuat game ini terlihat seru. Mencoba game tersebut dan lansung tertarik. Awal awal masa SMP yang dihabiskan hanya untuk bermain game. Dari mulai pulang pagi, menginap di warnet sampai seharianpun masih tetap di posisi. Faktor lingkungan menjadi sorotan utama anak anak remaja. Remaja yang mudah diperngaruhi, mudah di bisikan sesuatu akhirnya dengan mudah terjerumus ke hal hal yang mungkin bisa membahayakan dirinya sendiri.
Kemudian tibalah saat masa masa terindah yaitu masa masa SMA. Masa SMA ini mungkin bsia dibilang masa masa yang begitu banyak kisah. Asam garam manis pasti ada semua. Karena di dalam ruang lingkup SMA sangat berbeda dengan SMP. Dewasa, memilah milih, bingung dan bimbang pastinya. Pergaulan pun mulai bergejolak. Mabuk, rokok, judi, balap liar dan lainnya jadi wawasan sesaat. Orang tua saya selalu berkata :
"Masa depan kamu ada ditangan kamu, hal positif ada di hati kamu dan negatifpun begitu"Mulailah saya berfikir untuk menghindari perbuatan yang merugikan diri sendiri. Orang tua menjadi faktor utama dan teman teman sekitar menjadi pembanding keputusan.
Hingga menjadi mahasiswa seperti ini. Saya tetap lah saya yang telah belajar dari kesalahan. Berkaca pada diri sendiri tidaklah salah jikalau kita merubah apa yang membuat kita terlihat jelek dimata yang lain. Pergaulan teman teman, komunitas menjadi titik balik untuk memilih mana yang terbaik untuk kita pribadi. Karena pergaulan adalah dampak utama untuk membentuk karakter seseorang. Entah baik atau buruk semua dilihat dari cara mereka bergaul dengan siapa dan mengenal dia lebih dalam lagi. Kita memang mesti pintar dalam berkompetisii tapi tak boleh memilih dalam hal bersosialisasi.
Terimakasih
0 Komentar:
Posting Komentar